Kisah dari Kartika Noer dan Miranda Veyow
 mira dan tika foto
            Ilmu pengetahuan haruslah terus digali. Utamanya dengan terus meningkatkan kemampuan dalam praktik dunia kerja. Itulah yang dilakukan oleh Kartika Noer dan Mirand Veyow. Kedua perempuan yang umurnya tidak terlalu berbeda jauh (Kartika, 20 tahun & Miranda, 19 tahun) sedang mendalami ilmunya di perusahaan PT. Summarecon Agung Tbk. Kartika berlatarbelakang pendidikan sekretaris, sedangkan Miranda berlatarbelakang marketing communication. Keduanya sama-sama berada dalam divisi CCSR (Corporate Culture and Corporate Social Responsibility). Mereka sama-sama memilih Summarecon karena perusahaan yang terus berkembang dan berdekatan dengan rumah masing-masing.



            Sosok yang pendiam namun suka memahami orang disekelilingnya merupakan sifat dari Kartika Noer. Berbalikan dengan Miranda Veyow yang mempunyai sifat yang jauh periang dan terbuka. Kartika dan Miranda juga mempunyai latar belakang yang berbeda. Kartika dibesarkan dengan budaya Jakarta sedangkan Miranda dibesarkan dengan budaya Papua. Namun dibalik perbedaan tersebut keduanya justru saling melengkapi dan berkerjasama. Salah satu bentuk kerja sama tersebut adalah dengan membuat dokumentasi foto dan video untuk ditayangkan ke internal media.
            Setiap ekspresi ditangkap dalam jepretan Kartika dan Miranda. Mereka mencari rupa-rupa yang mengandung makna dan dibagikan kepada orang lain. Rupa dari orang yang sedih maupun bahagia berusaha ditangkap oleh mereka. Segala sentuhan emosi ditangkap dalam sebuah gambar atau video. Sentuhan emosi ini tentu juga tergantung oleh nilai-nilai yang dianut mereka. Mereka mempunyai nilai-nilai yang sama, yaitu kesatuan dalam cinta. Kartika dan Miranda merasa segala sesuatu jika dijalankan bersama tentu dapat memberikan hasil yang maksimal, apalagi jika yang diperjuangkan berunsur kebaikan. Mereka membuat dokumentasi mengandung rupa yang dapat menggerakan emosi penontonnya. Beberapa hal yang dimaksud adalah rupa semangat dari karyawan baru, rupa cinta kasih antara direksi dengan karyawan maupun rupa keperhatinan terhadap nasib masyarakat umum dalam bencana. Segala rupa digambarkan agar dapat menggerakan hati orang-orang yang melihat dan mengubah pandangan agar orang tersebut memikirkan orang lain.  Sebuah kerjasama yang menjadi sentuhan kesatuan dalam rupa. Rupa yang dapat memancarkan cinta di antara umat manusia. (SO)

This entry was posted in Artikel CCSR, Corporate Culture on by
http://ccsr.cc/?p=581

- Copyright © Sandra Olga - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -