Kisah dari Juliadi Hafidz
 hafidz
            “Kalau jaman orang dahulu orang mau mati ia disebut pemberani. Tetapi jaman sekarang seorang pemberani adalah orang yang bisa mengatasi masalah dan bisa tetap bertahan hidup”
            Kata-kata yang terbingkai secara indah dan menyelamatkan dua insan di dunia. Serangkaian kata yang diungkapkan dari penyiar acara radio di Bandung, di saat ada seorang wanita paruh baya yang ditinggal pria dalam keadaan mengandung dan hendak untuk bunuh diri. Untaian kata berharga yang dapat menenangkan hati, mengubah keputusan seorang ibu muda, dan mengubah pandangan pembicaranya. Pandangan seorang Juliadi Hafidz.



            Juliadi Hafidz atau yang biasa disebut Hafidz lahir di Jakarta pada 13 Juli 1988. Berlatarbelakang pendidikan ilmu komunikasi Universitas Padjajaran Bandung, Hafidz memilih untuk berkarir selama setahun sebagai penyiar radio. Vespa merupakan passion yang dikejar olehnya. Terinspirasi dari ayahnya yang sangat suka vespa, Hafidz ikut menyukai kendaraan vespa. Selain itu ia juga suka berkomunikasi. Semenjak menggagalkan percobaan bunuh diri di atas, Hafidz menyadari arti penting komunikasi. Arti penting dari bagaimana pesan dirangkai dan diutarakan. Ia sadar bagaimana kata-kata bisa mengubah nasib seseorang.
            Beberapa saat kemudian, Hafidz berkerja di perhotelan. Di tengah perkerjaanya, ia mendapatkan masalah asmara. Hafidz yang menyukai kisah romatis dan komedi baik di film maupun novel, mempunyai pasangan yang amat disayangi. Namun karena sebuah kejadian, Hafidz akhirnya terpaksa melepaskannya. Larut dalam kesedihan ia sempat putus asa dan merasa tidak diperhatikan oleh orang lain. Sampai akhirnya ia merasa harus lepas dari kesedihan dan berusaha untuk menjauhi ratapan tersebut. Ia memutuskan untuk pindah tempat kerja, di area community relations. PT. Summarecon Agung Tbk.
            Di tempat kerjanya yang baru, lingkungan yang dapatkan benar-benar memenuhi kebutuhannya. Sosok atasan yang ramah dan kata yang membangun menjadi suatu pemulihan tersendiri baginya. Keadaan memaksa dia untuk tidak terus larut dalam kesedihan dan kekelaman. Perlahan tapi pasti, dirinya mulai pulih dan bangkit. Ia mulai belajar mengikuti keteledanan atasannya yang selalu bersemangat untuk berkerja dan mempunyai hidup yang berkualitas. Kata-kata motivasi dan pembangunan spiritual ia dapatkan di lingkungan baru tempat kerjanya. Akhirnya beberapa perubahan ia alami, dari orang yang emosional menjadi orang yang lebih tenang, dari orang yang tidak perhatian dengan kondisinya, menjadi perhatian dengan kondisinya. Ia ingin menjadi teladan yang baik.
            Dipercayai menerima jabatan di posisi strategis, ia merasa perlu untuk menjaga diri dan menjadi teladan. Hafidz berkerja sebagai trainer diantara 4000 karyawan Summarecon. Sebuah posisi yang menjadi sorotan bagi seluruh karyawan Summarecon bukanlah hal yang mudah. Ia pun mulai berbenah diri.  Berusaha untuk menjadi orang yang mempunyai semangat kerja yang tinggi. Berusaha untuk menjadi teladan dan memulihkan orang lain dengan kata-kata yang membangun. Sebuah pelajaran yang ia dapatkan dari atasannya, memulihkan orang lain dengan kata dan teladan. Pelajaran yang dapat mengubahkan dunia menjadi lebih bermakna. (SO)

This entry was posted in Corporate Culture on by
http://ccsr.cc/?p=579

- Copyright © Sandra Olga - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -