- Back to Home »
- yuk belajar »
- Yuk Belajar: Appreciate Kaizen-Japan Management: Maintenance, Continuous Improvement, and Innovation from your employee to your company
Yuk Belajar: Appreciate Kaizen-Japan Management: Maintenance, Continuous Improvement, and Innovation from your employee to your company
Terkadang organisasi masih bias dalam membedakan continuous improvement dan inovasi. Padahal ini cukup penting dalam meningkatkan pengetahuan terutama dalam apresiasi kinerja karyawan. Oleh karena itu, saya sampaikan disini, perbedaan yang mendasar yang landasi dari manajemen Jepang. Hal ini dapat dijelaskan dengan
membaginya menjadi 3 berdasarkan fungsinya sesuai dengan manajemen
jepang. (Imai, 1986, p. 6), yaitu:
1.
Maintenance
a) Pengertian:
Performa seseorang yang berupa tugas yang
diberikan oleh setiap orang harus dilakukan sesuai dengan Standard Operation
Procedure (SOP). Ini berarti setiap
orang harus bisa melakukan aturan, tugas, dan prosedur sesuai dengan operasi
pada umumnya dan mengikuti SOP yang berlaku. Untuk menjaga tetap di dalam SOP
dilakukan pelatihan dan kedisplinan (Imai, 1986, p. 6).
Kegiatan yang dilakukan adalah mencari pemecahan
masalah yang terjadi di dalam pekerjaannya. Masalah yang dimaksudkan adalah
masalah yang keluar dari Standard Operation Procedure yang harus di
jalankan (SOP) maupun karena tidak ada SOP atau ada SOP namun tidak jelas.
Kategori maintenance dapat terlihat dari kenyataan yang ada masih
melakukan di bawah SOP, atau di dalam SOP.
Tindakan ini ditujukan untuk menyelesaikan masalah (probelm solving)
yang telah berulang kali terjadi di lapangan pekerjaan. Pada umumnya kegiatan
belum dilakukan oleh karyawan lainnya tetapi merupakan keharusan. Karyawan
diharapkan untuk tidak hanya menerima keluhan saja, tetapi mencari solusi dari
permasalahan yang timbul.
b) Contoh:
l Supervisor opersional bagian pertamanan
yang bertugas mengurus penyiraman tanaman. Ia melihat ada masalah dalam
perbedaan kualitas antara karyawan A dan karyawan B. Karyawan A dapat membuat
taman menjadi lebih asri, karena menyiram dengan merata dalam waktu 30 menit
sesuai dengan SOP. Sedangkan karyawan B menyiram tidak merata dan membutuhkan
waktu 50 menit (di luar SOP; jauh lebih lambat dari karyawan A). Hal ini baru
disadari setelah karyawan A & B telah berkerja selama 1 tahun.
l Solusi: Dilakukan In House Training,
berupa pelatihan peningkatan skill karyawan terhadap karyawan B dengan tujuan
penyamarataan kemampuan antara karyawan dan sesuai dengan SOP.
l Kesimpulan contoh: berupa perbaikan namun
masih tetap di dalam standar yang seharusnya.
2.
Continous Improvement
a) Pengertian:
Improvement atau dengan kata lain Kaizen merupakan
perbaikan atau peningkatan yang dilakukan secara terus menerus. Perbaikan
dilakukan oleh semua orang, termasuk manajer dan karyawan. Filosofi ini berarti
di dalam kehidupan kita harus terus ada perbaikan dalam pekerjaan, kehidupan
sosial, dan kehidupan rumah tangga. (Imai, 1986, p. 3)
Kegiatan yang dimaksudkan
dengan continues improvement adalah seseorang yang berusaha
menyederhanakan atau memperbaiki SOP yang ada. Misalnya peningkatan waktu di
dalam SOP yang dari 5 menit menjadi 3 menit dengan cara pemasangan teknologi
baru dan segala peningkatan kecil secara berkala. Ia berhasil memberikan
efisiensi yang signifikan. Hal-hal seperti inilah yang membedakan antara maintenance
dengan continuous improvement.
Improvement juga mengatakan kepada kita bahwa hanya dengan secara terus menerus
tetap sadar dan berbuat beratus-ratus
ribu peningkatan kecil, maka dimungkinkan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mutunya otentik sehingga memuaskan pelanggan.
Cara paling mudah mencapainya adalah dengan keikutsertaan, motivasi dan
peningkatan terus menerus dari masing-masing dan semua karyawan dalam
organisasi. Keikutsertaan staf tergantung pada komintmen manajemen senior,
strategi yang jelas dan ketabahan – karena improvement bukan jalan pintas melainkan proses yang berjalan secara terus menerus
untuk menciptakan hasil yang diinginkan (Cane, 1998, p. 265).
Dalam prakteknya organisasi sering
mengenal kata: productivity improvement, kegiatan Total Quality
Control, Quality Control, Zero
Defects, Kamban (melakukan semua tepat waktu dalam produksi dan proses)
sebagai kata-kata untuk melakukan perbaikan. Tetapi pada hakikatnya semua dapat
dirangkum dengan satu kata yaitu: Improvement (Kaizen). Sehingga Kaizen bisa juga
merupakan suatu kesatuan pandangan yang komprehensif dan terintegrasi yang terdiri dari:
ü Berorientasi pada pelanggan.
ü Pengendalian mutu secara
menyeluruh (Total Quality Management)
ü Robotik
ü Gugus kendali mutu (Quality control circle)
ü Sistem saran
ü Otomatisasi
ü Displin di tempat kerja
ü Pemeliharan produktiftas (total productivity maintenance)
ü Kamban
ü Penyempurnaan dan perbaikan
mutu
ü Tepat waktu
ü Tanpa cacat (zero defects)
ü Kegiatan kelompok kecil
ü Hubungan kerjasama antara
manajer dan karyawan
ü Peningkatan produktivitas
ü Pengembangan produk baru
b) Contoh:
l Supervisor operasional bagian pertamanan
yang salah satu perkerjaannya diharuskan untuk mengkoordinasi 2 pegawai (supir
& penyiram) untuk dapat menyiram tanaman menggunakan tanki air. Ia melihat
biaya yang cukup besar untuk membayar 1 pegawai penyiram tanaman. Selain itu
waktu penyiraman yang relatif lama. Ia kemudian membuat selang dengan shower
yang dapat menyiram tanaman secara otomatis dengan tombol on off. Tetapi
kemudian ia melihat lagi, selang tersebut menghamburkan air terlalu banyak. Ia
kemudian memperbaiki lagi dengan tombol pengaturan besar kecil debit air.
Berikutnya ia melihat area penyiraman terlalu luas dan tidak bisa dipakai untuk
area kecil seperti taman konsumen. Ia membuat beberapa pilihan shower yang
dapat diganti sesuai dengan medan penyiraman.
l Kesimpulan:
Terdapat proses improvement yang
terjadi secara bertahap. Perbaikan dilakukan secara terus menerus. Bukan karena
ada masalah yang muncul, tetapi lebih kepada kesadaran untuk memperbaiki yang
sudah ada. Membuat suatu terobosan baru untuk peningkatan standar yang ada. Ia
tidak hanya menjalankan tugasnya sesuai dengan SOP, tetapi meningkatkan standar
dengan melakukan efisiensi dalam hal pegawai, debit air, dan waktu.
3.
Inovasi
a)
Pengertian:
Perbaikan yang dilakukan secara drastis di dalam
status quo (keadaan yang tetap sebagaimana keadaannya sekarang atau sebelumnya)
sebagai hasil dari investasi yang besar dalam bidang teknologi baru dan
peralatan. Hasilnya pun dapat langsung diperhatikan karena memberikan satu
revolusi baru tidak hanya kegiatan tetapi masuk dalam ranah sistem. Inovasi
umumnya membutuhkan teknologi canggih dan biasanya ada investasi besar di
dalamnya.
b) Contoh:
l Supervisor operasional bagian tanaman
menilai bahwa truk tangki air dinilai tidak efisien: tidak hemat dalam biaya
pegawai untuk penyiraman tanaman, air banyak tersiram di jalanan, membuat macet
jalanan, dan menghabiskan waktu.
l Solusi: Pada saat itu, electronic water
sprinkle timer (penyiram tanaman secara otomatis) belum dipakai di antara
pengembang properti. Karena itu supervisor tersebut membuat atau memasukan
teknologi tersebut di dalam divisinya.
l Kesimpulan: Membutuhkan banyak investasi
dan mengubah sistem kerja namun berujung dengan hasil yang signifikan, dalam
waktu (karena menggunakan timer) maupun jumlah air (pembatasan debit air)
Hasil dapat langsung dirasakan, inovasi terkait dengan teknologi baru, dan
dapat memberikan service excellence kepada customer.
B. Perbedaan persepsi di dalam fungsi kerja
Grafik 1. Persepsi Jepang di dalam fungsi kerja (1)
Grafik 2. Persepsi Jepang di dalam fungsi kerja (2)
Grafik 3. Persepsi Barat di dalam fungsi kerja
Sumber:
Masaaki Imai (1986, p. 5-7)
C. Perbedaan Continuos Improvement &
Inovasi
Tabel 1 Perbedaan antara continuos
improvement dan innovation:
Point
|
Jenis
|
|
Continuos
Improvement
|
Inovasi
|
|
Efek/dampak
|
Jangka
panjang dan tidak dramatis
|
Jangka
pendek dan dramatis
|
Langkah
|
Langkah-langkah
kecil
|
Langkah-langkah
besar
|
Kerangka waktu
|
Berkelanjutan
dan setahap demi setahap
|
Terputus-putus
dan tidak akumulatif
|
Perubahan
|
Bertahap
& Konstan
|
Mendadak
& tidak stabil
|
Keikutsertaan
|
Semua
orang dalam organisasi
|
Segelintir
orang
|
Pendekatan
|
Kolektif,
usaha kelompok, sistemik
|
Sendiri-sendiri,
usaha individu, sporadis
|
Cara kerja
|
Perbaikan
dan peningkatan mutu
|
Ganti
baru, bangun ulang dari awal (karena tidak didukung sistem jelas)
|
Pencetusan
|
Secara
konvensional
|
Terobosan
teknologi, penemuan baru, dan teori baru
|
Syarat modal
|
Modal
kecil menghasilkan hasil besar (tidak
terbatas)
|
Perlu
investasi besar untuk hasil besar
|
Orientasi kegiatan
|
Manusia
(human-oriented)
|
Teknologi
(technology & capital investment - oriented)
|
Sumber:
Masaaki Imai (1986, p. 24)
Untuk mendapatkan hasil terbaik, continuos
improvement dan inovasi dikombinasikan seperti ilustrasi di bawah (saling
melengkapi).
Grafik 5 Inovasi saja
Sumber:
Masaaki Imai (1986, p. 26)
Inovasi tanpa continuos improvement, kecenderungan terjadi penurunan
dari standar minimum seiring waktu berjalan, jika tidak ada lompatan inovasi
besar, maka dengan sendirinya akan ‘kandas’. Dengan kata lain, suatu inovasi
begitu dipasangkan atau diinstal dinilai sebagai suatu inovasi yang baru,
tetapi bersamaan dengan itu inovasi tersebut mengalami kemerosotan karena
tergerus akan waktu. Oleh karen aitu diperlukan adanya pemeliharaan dan
perbaikan di dalamnya.
Grafik 6 Inovasi disertai continuos
improvement
Sumber:
Masaaki Imai (1986, p. 27)
Inovasi disertai continuos improvement yang berkelanjutan dilakukan,
ditambah lompatan dari Inovasi (berapapun tinggi lompatan), maka standar
minimal tetap terjaga, bahkan standar
baru dapat diterapkan lebih tinggi. Standar baru ini akan memberikan tantangan
dan peningkatan.
Tabel 2 Perbedaan antara continuos
improvement dan innovation (2)
Innnovation
|
Continuous Improvement
|
Creativity
|
Adaptability
|
Individualism
|
Teamwork (system approach)
|
Specialist-oriented
|
Generalist-oriented
|
Attentions to great leaps
|
Attention to details
|
Technology-oriented
|
People-oriented
|
Information : closed, proprietary
|
Information : open, shared
|
Functional (specialist) orientation
|
Cross-functional orientation
|
Seek new technology
|
Build on existing technology
|
Line + staff
|
Cross functional organization
|
Limited feedback
|
Comprehensive feedback
|
Sumber:
Masaaki Imai (1986, p. 32)
Grafik 7 Persepsi
produk dari inovasi dan continuos improvement Barat dan Jepang
Sumber: Masaaki Imai (1986, p. 31)
Budaya continuos improvement ini lebih banyak dilakukan oleh orang
Jepang daripada orang Barat. Hal ini dikarenakan budaya masyarakat itu sendiri,
Jepang lebih kolektivistik sedangkan budaya Barat lebih individual. Selain itu,
orang Jepang lebih mementingkan kepada proses, sedangkan orang Barat
mementingkan hasil akhir. Ini yang kemudian membuat pemikiran orang Jepang: “
Lebih susah untuk meningkatkan sales 10%, tetapi lebih mudah untuk memotong
biaya perusahaan 10 % dengan mendapatkan efek yang lebih baik.” Orang Jepang
menganggap lebih mudah untuk melakukan proses berkala tetapi dapat
mengefisiensikan kinerja. Sedangkan orang Barat yang paling penting adanya
suatu penemuan atau inovasi yang ekstrim yang dapat memberikan peningkatan
secara luar biasa (Imai, 1986, p. 28).
Grafik 8 Perbedaan
inovasi dan continuous improvement