- Back to Home »
- my experience »
- Pillow Orphans Project: Mission on Surabaya
"Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia" Yakobus 1:27
Balikpapan |
Saya mempunyai beberapa chance untuk mengirimkan ke Medan,
Papua, dan Balikpapan melalui ekspedisi yang kemudian saya serahkan kepada
teman-teman saya di kota tersebut. Selain itu, saya juga mempunyai kesempatan
untuk fashion show di Makasar, yang kemudian saya sempatkan untuk mengirim
bantal tersebut ke panti asuhan. Saya juga membuat beberapa acara di panti
asuhan Surabaya. Singkatnya terpenuhilah pemberian bantal di 5 pulau terbesar
di Indonesia. Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Makassar |
Package for Medan and Papua |
Namun tidak hanya itu, di dalamnya penuh dengan kisah yang
menarik bagaimana Tuhan sangat mencintai anak-anak yang terlantar.
Mission on Surabaya
Sebagai base dari tempat tinggal saya, kota ini merupakan
prioritas tempat untuk pembagian bantal. Ada 3 tempat yang saya kunjungi: Panti
asuhan Kasih Agape Kembang Kuning, Yayasan Panti Asuhan Sejahtera, dan Panti
Asuhan Pelayanan Kasih.
- Kasih Agape
a.
Games anak-anak
Saya bertanya kepada teman saya, Intan selaku ketua CG (Connect Grup
gereja) dan beberapa teman. Namun bbm saya tidak dibalas. Mendadak kakak rohani
saya, Nathan S. menyapa bbm dan kami pun membahas masalah impian dan games
untuk anak-anak. Ia pun memberi jawaban yang memang saya perlukan.
Teman-teman kecil |
b.
Partisipasi Acara
Saya menulis status untuk teman-teman yang mau ikut berkunjung. Ketua CG
saya, Intan.memutuskan untuk bergabung.. Saya banyak terbantu atas kehadirannya, untuk
membuat acara bagi anak-anak dan memeriahkan suasana… (Saya kurang mahir untuk membuat acara anak-anak).
Mengajak anak untuk bermimpi |
Partisipan |
2. Yayasan Panti Asuhan Sejahtera (YPAS)
a.
Hadiah untuk anak yang cerdas
Saya memutuskan untuk datang dan membuat pengajaran tentang impian dan
iman. Namun, saya hanya membawa bantal saja. Tanpa barang yang lain. Saya bawa
doa saja, semoga ada yang menyumbangkan barang yang tepat bagi panti asuhan
yang mayoritasnya sering mendapatkan medali karena kepintarannya.
Besoknya, teman saya mendadak menyampaikan bahwa ia menyumbangkan buku
tulis, buku gambar, dan alat tulis. Yang menurut saya sangat dibutuhkan bagi
anak yang gemar belajar. Hadiah yang
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Hadiah yang dimaksud |
b.
Anggota
partisipasi
Saat CG mau berakhir, kami
membentuk kelompok untuk saling mendoakan (Selasa). Yang saya minta hanyalah
kehadiran teman untuk datang berkunjung ke panti pada hari Minggu. Namun sampai
hari Sabtu, saya hanya pergi ke panti asuhan ber3 saja. Itupun saya harus
menjadi ketua acaranya. Dimana hal itu
masih merupakan kelemahan saya, untuk membuat acara. Namun ternyata Tuhan
telah mengetahui sebelumnya.
Pada hari Kamis, teman saya
Yuanita (merupakan guru sekolah minggu cukup lama di gereja) membuat perjanjian
untuk memprospek seseorang pada hari Minggu. Namun, pada hari Sabtu siang,
janjian itu dibatalkan. Pada saat yang
sama, secara dadakan YPAS menggantikan jadwal kunjungan dari jam 10 pagi
menjadi jam 1. Malam Sabtu, kami beribadah bersama. Saya lantas mengajak
Yuanita. Namun Yuanita awalnya
berpikiran bahwa acara kunjungan dimulai jam 10, maka ia menolaknya. Kecuali
acara dimulai setelah ia pulang mengajar sekolah minggu. Dan benar sekali… Saya
kemudian mengajak moy lagi dengan informasi lebih jelas yaitu pada pukul 1. Dan
ia pun menyanggupi.
Wow… Yuanita memberikan dampak
luar biasa bagi kunjungan kami saat itu. Ia memimpin acara dengan baik dan
mendidik sekali.
Banyak terbantukan oleh Yuanita |
c.
Saya
bersungut-sungut
Saya telah membuat jadwal pada
pukul 10 dengan panti. Namun Karena saya tidak enak hati, saya ingin memeriksa
dan meyakinkan jam kunjungan. Namun mereka agaknya susah untuk dihubungi.
Sesudah berhasil dihubungi, mereka mendadak mengganti jadwal dari jam 10
menjadi jam 1. Sambil bersungut-sungut, saya menerimanya. Tidak tahunya, malam itu kakak rohani saya Nathan menyuruh saya untuk
membaca Yakobus. Di sana saya menemukan obat dari perasaan sebal saya, Yakobus 1: 27. Langsung saya kembali
bersemangat untuk mencari kebutuhan dan persiapan untuk esok hari.