Saya ingin menceritakan perjalanan kisah bantal peluk Jesus yang sungguh luar biasa. Kisah ini dimulai tepat, sesudah saya baptis… yaitu 26 Januari 2013.

Bring Back What I Can Do To Please Him
Semalaman, saya mengalami susah tidur. Diri saya dipenuhi oleh semangat yang luar biasa dan diri yang dipenuhi dengan roh kasih. Begitu banyak ide yang muncul di kepala saya untuk mengembalikan pemberian Tuhan dalam hidup saya. Karena memang, salah satu komitmen saya setelah baptis adalah pelayanan untuk menyenangkan hati Tuhan.

Begitu banyak ide yang melayang dikepala saya… Namun, tidak ada satupun jawaban jelas yang saya dapat.  Sambil setengah tertidur dan memeluk bantal berbentuk hati yang mempunyai dua tangan pemberian mantan, saya beranggapan bahwa Tuhan Yesuslah yang memeluk hangat diri saya malam itu. Dalam dekapanNya saya merasa tenang dan diselamatkan.

Terlintaslah di kepala saya untuk menjahitkan “ J E S U S” di atas bantal hati.
Kemudian terlintaslah wajah anak-anak yang tidak mempunyai seseorang untuk mendekap mereka dan menyayangi mereka, yaitu anak panti asuhan. Dalam hati terdalam saya menemukan jawaban, mereka juga membutuhkan bantal yang serupa dengan saya miliki untuk dapat mengingat Yesus dalam hidupnya dan berserah dalam dekapanNya.

Esoknya, bukan kebetulan, saya mempunyai jadwal bersama teman-teman untuk mengunjungi panti asuhan pelayanan kasih. Jadilah dalam perjalanan menuju tempat kumpul-panti asuhan, saya membawa bantal dan peralatan menjahit. Sambil mengalami goncangan mobil, saya menjahit perlahan-lahan agar nama tersebut terangkai jelas dan membuat setiap malam saya selalu mengingat Dia yang menyelamatkan saya. Semakin saya sadar bahwa bantal ini lebih penting bagi anak-anak panti asuhan dan dapat membuat nama Yesus dipermuliakan.

Setelah dari panti asuhan, saya membulatkan tekad  terhadap misi 300 bantal peluk love Jesus kepada anak-anak panti asuhan di seluruh Indonesia, sebelum 10 April 2013, ulang tahun saya.





Unbelieveable
Lewat proses survei di berbagai tempat, saya menghitung harga 300 bantal. Harga yang tidak sedikit untuk membuatnya. Beberapa tempat memberikan pilihan harga lebih murah, tapi tidak sesuai dengan bayangan saya. Teman saya juga memberitahu untuk tidak menyumbangkan bantal hati tersebut, karena dirasa kurang berguna. Namun saya tetap teguh mempunyai impian misi itu.  Saya mulai menyusun strategi, yaitu dengan mengajak teman-teman ikut menyumbang dan memberikan tag nama mereka di setiap bantal yang disumbang.

Saat saya menyampaikan misi dan strategi saya tersebut ke salah satu teman saya. Ia menjawab ide saya begitu menarik dan patut dicoba, semakin besarlah keinginan saya untuk mewujudkannya. Selama bulan Februari awal, saya masih saja memikirkan cara untuk mendapatkan 300 bantal tersebut. Strategi seperti apa untuk penggalangan dana bagi bantal tersebut.

Tanpa saya lihat, tanpa saya dengar, dan tidak muncul dalam hati, mendadak saya mendapatkan kiriman 300 bantal berbentuk hati di rumah saya. Ternyata punya ternyata bantal  tersebut berasal dari teman saya yang mendukung dan bentuk dan ukuran persis seperti keinginan saya. Hanya saja, nama saya dicantumkan di setiap bantalnya. (Sedikit salah paham, karena nama donatur yang seharusnya muncul di bantal, jadilah saya harus memendam malu.. Hahaha) Tetapi saya sangat bahagia, saat menerima barang sponsor tersebut. Misi saya siap dijalankan, apa pun yang terjadi pasti ada jalan kalau Tuhan mengkhendakinya.


- Copyright © Sandra Olga - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -