Archive for Mei 2013

Why We care



Di Indonesia, banyak lulusan universitas tidak berkerja sesuai dengan mayor yang dipelajari selama 4 tahun. Teman saya belajar jurusan A tetapi akhirnya menjadi B. Saya tidak bilang itu membuang waktu, namun tidak maksimal penggunaan waktunya. Ia bisa menjadi lebih berkualitas jika ia tahu potensinya sejak dini dan fokus kepada tujuan itu.

Potensi anak harus di deteksi sedini mungkin. Itulah paham pertama saya, waktu saya  membaca buku Max Lucado. Sistem edukasi Indonesia memaksa anak-anak untuk belajar terlalu banyak. Rata-rata anak dipaksa untuk belajar 16 pelajaran dalam setahun. Mereka menjadi malas ke sekolah, tidak bertumbuh secara maksimal dalam potensinya dan tidak menjalankan tujuan hidup dari Tuhan dengan baik.  Cukup menyedihkan, seperti bibit kacang hijau di taruh di padang gurun… Tidak bertumbuh, ataupun bertumbuh tetapi tidak maksimal.

Arnold Schwarzenegger
Mari beralih kepada negara Barat. Di negara barat mereka sejak dini, sudah tahu tentang masa depan mereka. Taruhlah Arnold Schwarzenegger, Ia menemukan jati diri dan cita-citanya sejak umur 14 tahun, sebagai binaraga, artis, dan politikus. Dimulai sejak dini, ia mendapatkan yang ter-ter-ter. Binaraga terkenal? Artis terkenal? Gurbernur terkenal? Iya.. Mengetahui potensi, mengetahui tujuan hidup atas kehendakNya, dan cita-citanya adalah mutlak untuk dilakukan oleh orang yang paling dekat anak tersebut, yaitu orang tua.





Kids with Gadget become a usual thing
Orang tua memegang peranan penting untuk mengembangkan mental dan potensi anak. Orang tua di era teknologi ini berlomba-lomba memasukan anaknya ke sekolah ternama, mengajarkan era digital di usia dini, bahkan mempercayakan gadget bagi anaknya untuk belajar.

 Inilah kenyataan yang terjadi: “Yang kaya menjadi semakin kaya. Yang miskin semakin miskin. Ujung-ujungnya semakin banyak kriminalitas dan gap antara si kaya dan si miskin semakin besar.”

Siapakah yang sangat berpeluang untuk menerima kesenjangan itu? Rakyat bawah. Siapakah yang menentukan kemajuan negara di masa depan? Anak-anak. Siapakah yang tidak bisa digali potensinya karena keterbatasan? Anak-anak yatim, yang tidak mempunyai orang tua. Siapakah yang dapat membantu mencari potensi anak yatim tersebut, memberi harapan masa depan untuk perkerjaan yang layak? AKU dan KAMU dalam satu komunitas BLESSING FOR ORPHANS memberikan edukasi perkerjaan untuk masa depan yang cerah dalam kehendakNya.




Tag : ,

We are on a Right Track and a Beautiful Plan


We are on a Right Track and a Beautiful Plan
Banyak hal-hal unik yang terjadi dalam pembentukan BFO ini:
1. Catatan di Blog
Sebelumnya saya sudah mengisahkan secara detail tentang pertemuan saya dengan priest Dan Webb dalam blog ini, tetapi saya putuskan untuk tidak mempublikasikannya. Saya yakin ada rencana yang lebih besar daripada hanya sekedar mengajar 3 kali di panti asuhan.
Priest Dan Webb
2. Member
Ada ketakutan dalam diri saya sendiri mengenai anggota yang masuk dalam BFO apakah banyak atau tidak. Mereka mempunyai komitmen dan waktu yang cukup atau tidak. Animonya seperti apa saya tidak tahu. Namun kurang dari sebulan, dari 2 anggota kami sudah mempunyai 15 anggota tetap.
Awalnya berdua

3. Website
Saya telah membuatkan email pribadi BFO dan FB Page BFO. Namun karena masalah teknis, saya tidak bisa mengoperasikan FB Page (Saya bisa operasikan FB Page pribadi, tetapi satu ini tidak bisa). FB Page itu kemudian saya tinggal, dan hati saya berkata tinggalkan sementara urus hal lain yang lebih penting. Dan ternyata 2 minggu kemudian, teman saya di BFO menyumbangkan domain website dan website developer yang bisa diakses dengan mudah. ( www.blessingfororphans.org ).

4. A Sermon
Teman-teman persekutuan doa saya, menyarankan untuk mendengar khotbah pada ibadah umum hari Minggu di Surabaya. Tema yang di ambil adalah parenting. Khotbah tersebut bahkan bisa menyentuh hati mama papa teman saya untuk berpelukan (padahal sudah bertahun-tahun mereka tidak seromantis itu.) Saya cukup tertarik untuk mengikuti khotbah, meskipun saya sedang berada di Makasar. Dengan kecanggihan sistem gereja saya, saya bisa mengikutinya lewat MSTV. Saya berusaha mencari waktu untuk bisa menontonnya. Pagi-Malam hari saya berhalangan untuk menonton MSTV karena perkerjaan selama di Makasar. Tepat jam 9 malam kurang sedikit, akhirnya saya bisa berada di bandara untuk kembali ke Surabaya. (jam 8 malam Surabaya).

Sambil mengantri check in, saya membuka MSTV. Tepat pada waktu pemilik gereja selesai berdoa, dan menyerahkan mic kepada Ps.Philip Mantofa untuk mulai khotbah. Sangat mengherankan khotbahnya bisa tentang arti penting anak, orang tua, guru untuk membuat generasi muda yang kuat dalam iman dan menjadi prajurit kerajaan Allah. Wow... Khotbahnya bisa muncul begitu saja, padahal selama 2 hari saya merasa bimbang dengan pelayanan...(sampai curhat ke teman-teman saya), khotbahnya benar-benar menenangkan hati.
Tidak hanya itu, dari saya check in sampai saya naik kepesawat-duduk di pesawat, Saya tetap membuka MSTV. Saya berdoa, "Duh semoga delay Tuhan-semoga delay.. biar bisa nonton MSTV dengar khotbah tentang anak ini." Eh ternyata benar.. ada penumpang yang terlambat. Dan tepat waktu pesawat berjalan, pastur saya berhenti membicarakan masalah anak dan mengganti topik yang lain. Saya pun mematikan MSTV tepat saat lepas landas. Sungguh bukan kebetulan..
Yang saya tonton di pesawat
5. Fellowship
Semangat teman-teman saya luar biasa seru. Sebelumnya saya melakukan jogging sendiri, kemudian diikuti oleh 2 anggota BFO lainnya. 1 hari setelah kunjungan panti asuhan, kami jogging dengan 11 anggota BFO. Luar biasa semangatnya.
Aktivitas seru
6. Met a teacher for an orphanage on the heavy rain
Keberangkatan saya ke kampus Petra, mengisahkan cerita yang menarik. Pada saat berada di pertigaan antara Jemursari dengan Jemur Handayani (Ke kanan ke arah Ahmad Yani; Ke kiri ke arah jemur handayani-kutisari). Saya memilih melewati jalan kutisari, padahal biasanya saya lewat Ahmad Yani. Hari yang mendung mendadak hujan deras sekali pada saat saya berada dipertigaan antara Kutisari dan Jemur Handayani. (sebrang sinar Jemur). Ada sosok ibu-ibu berkerudung memegang erat tas berwarna pinknya yang terbuat dari anyaman sedang berjalan kaki, menghalau hujan. Melihat itu saya langsung menepi, dan mengajak ibu tersebut naik ke mobil saya. Ia tidak mau. Tetapi hati ini berkata paksa dia. Maka saya mengajak dia sekali lagi dari balik kaca mobil saya. Ia pun mau. 

Saya antarkan dia pulang ke rumahnya. Ternyata dia adalah guru agama di salah satu panti asuhan di daerah Graha Tirta. Cukup kaget, rumahnya begitu kecil di apit oleh rumah-rumah besar di Kutisari. Rumahnya hanya didirikan dari kayu saja, 4x4 m saya rasa untuk kamarnya dia sendiri. Umurnya mungkin sekitar 60-70 tahun. Ia masih bisa berjalan kemana-mana. Kemudian saya mengambil hikmah dari pertemuan itu adalah Tuhan ingin saya mengajar dengan gigih seperti dia, masalah ekonomi tidak menjadi batu sandungan bagi dia untuk terus mengajar dan memperbaiki dunia ini. Ia juga terlihat sangat bahagia dengan situasinya... Wow.. kami BFO juga tidak boleh kalah dengan kegigihannya dan akan mengajarkan juga kepercayaan kepada anak-anak panti asuhan akan masa depan yang cerah.

Dari 6 kisah diatas maka saya tahu He is on our Back. He will provide all we need for build His Kingdom.

Was Blind but Now I See


Story of Blessing For Orphans


Satu pertanyaan yang mendasari langkah hidup saja kepada revolusi dari diri saya "Apa tujuan hidup saya di dunia ini?" Pertanyaan ini tidak begitu mudah ditemukan dan dijawab begitu saja. Ada sebuah proses mendalam yang harus saya lakukan. Secara diam-diam, saya mulai menggali jawabannya. 

Mencari tahu Tujuan Hidup
Selain berdoa dan mencari firman, saya membongkar isi lemari buku dari kakak-kakak saya, Sarah dan Manuel. Kami sesaudara memang suka membaca buku, namun topik yang disukai berbeda. Maka yang saya tuju adalah lemari Manuel, anak kedua dalam keluarga saya. Koleksi bukunya seputar bisnis, motivasi, psikologi, maupun motivasi rohani. Buku Rick Warren "The purpose of Driven Life" dan "Decision Making God's Way" dari Gary T. Meadoris adalah buku yang saya sadari telah disiapkan olehNya untuk saya baca. Buku Rick Warren sangat menginspirasi saya. Buku Gary T. Meadoris cukup bagus diawal. Nah buku lain yang paling menginspirasi saya adalah "Temukan Sweet Spot Anda" dari Max Lucado. Buku ini saya dapatkan dari Yuanita Wong/Moi, sebagai hadiah natal. Desember, saya hanya membaca 10 halaman awal, namun tidak tertarik. Tetapi kemudian saya baca seluruhnya... Hasilnya? Saya menemukan jawabannya.

God's present is also on the Orphanage
From a Test to a Bless
Blessing for Orphans terjadi begitu saja, sesuai dengan kehendakNya. Awal kisah adalah saya sangat merasakan hadirat Tuhan di panti asuhan. Semua kisah keajaiban-keajaiban itu terjadi di beberapa artikel sebelum ini. 

Dalam http://sandraolga.blogspot.com/2013/04/pillow-orphans-project-beginning-of.html
saya menjelaskan hadirat Tuhan, dalam pemberian 300 bantal peluk yang tanpa saya sadari.

Saya juga menjelaskan bagaimana Tuhan menjawab doa saya dalam persekutuan doa tentang permintaan anggota yang qualified untuk mengajar anak panti asuhan dengan proses yang ajaib.
Selain itu juga firman yang datang begitu saja dan menjawab hati saya yang sedang tidak baik.
http://sandraolga.blogspot.com/2013/04/pillow-orphans-project-mission-on.html

Dalam artikel ketiga, saya jabarkan hal yang paling membuat saya merinding saat mengalaminya, bahwa Tuhan berikan jumlah sumbangan persis dengan yang dibutuhkan panti asuhan di Medan.
http://sandraolga.blogspot.com/2013/04/pillow-orphans-project-mission-trip-to.html

Setelah project pillow, saya mengalami hal yang luar biasa. Hati saya tergerak untuk memberikan edukasi bagi anak-anak panti asuhan tanpa diketahui orang. Itu terjadi pada saat saya membaca firman tentang pengujian. Hati saya mengatakan: "Apakah kamu melakukan ini semua hanya untuk image positifmu saja? Atau memang kamu tulus melakukannya? Ujilah perasaanmu itu."

Besoknya, saya putuskan untuk menanyakan kepada panti asuhan setempat mengenai pelajaran apa yang mereka sukai. Jawabannya adalah bahasa Inggris. Saya pun menjanjikan untuk mengajar selama 3  kali dibantu teman baik saya Elizabeth SC. Saya siapkan semua materi dari awal, berupa kertas-kertas. Sudah seperti di sekolah saja, seperti Ibu Guru. Saya lakukan ini diam-diam, hanya teman-teman dekat saja yang mengetahuinya. 
Elizabeth dan materi bahasa Inggris

God show His Wisdom through People around you
Hari Selasa atau H-1 dari pengajaran pertama saya (Kamis), saya dipertemukan oleh teman, Erwin dengan seorang pastur dari USA, Dan Webb. Herannya ia adalah pastur yang mempunyai visi kepada kehidupan anak terlantar di Indonesia! Kok bisa pastur pertama yang dinner bersama saya adalah dia? Bukan kebetulan, kami pun berbagi cerita. Ia dapat menjelaskan semua keraguan dan memberi jawaban tidak saya tanyakan. Diakhir pertemuan ia bilang seperti ini "When i saw you at the first time i know you will be the Light of Surabaya". Hal yang sama seperti yang diungkapkan oleh Andreas Nawawi pada kunjungannya di Surabaya Maret 2013. Ia menunjuk saya dari panggung dengan berkata "Kamu akan bersinar". Saya anggap itu adalah dasar hidup pertobatan saya.
Priest Dan Webb


Bukan kebetulan juga, saat saya menunjukan ke priest Dan Webb project bantal saya, ia sangat tertarik dan mengajak saya untuk datang ke sekolah gratis bagi pemulung maupun panti asuhan yang dilayaninya. Saya pun melihat ruangan sekolah gratis dan berbagi cerita dengan guru-guru serta menemui anak panti asuhan yang pintar-pintar. Hal ini tepat H-1 sebelum pengajaran saya di panti asuhan Kasih Agape.  Satu langkah awal bahwa ini adalah tujuan hidup saya.
Visiting the Orphanage

Pada kali ketiga saya mengunjungi panti asuhan untuk mengajar, mendadak teman saya bernama Sugi,  MQ dan Deny Jap meminta untuk bergabung. MQ bicara seperti ini "Why you dont make it once a week?" dengan nada bahasa Australiannya. Saya waktu itu berpikir, waktu untuk 3 kali aja repot, apalagi seminggu sekali. Setelah mengajar, saya, Jap, dan Ping2 kelaparan. (Begitu banyak tenaga yang terkuras untuk dapat mengajar anak yang sangat susah diatur dan agak susah menangkap pelajaran, tetapi mereka akhirnya pelan-pelan mengalami perubahan.) Kami pun makan malam bersama dan membahas bahwa banyak diantara kita, teman-teman yang ingin berpartisipasi mengajar anak-anak yang kurang mampu dan terlantar menggunakan kemampuan dan potensi yang kita miliki. Mata saya mulai terbuka pada satu tujuan.

The History of Blessing For Orphans
Malam-malam itu, saya tidak bisa tidur. Seperti biasa... banyak pemikiran yang muncul. Pada saat saya datang ibadah di gereja, wajah-wajah anak panti asuhan dan masa depan mereka selalu muncul di kepala saya. Saya sampai bingung apa yang harus saya lakukan untuk memperbaiki dunia mereka ini. Banyak pemikiran dan pandangan mengenai anak panti asuhan yang harus dibenahi. Saya selalu berdoa, Tuhan teguhkanlah apa yang Kau mau. Jika memang Engkau mau aku membuat komunitas Blessing For Orphans tolong tunjukan jalanMu.

1 page on newspaper
Satu hari, saya membuat kunjungan ke panti asuhan dengan tema Manner Class. Saya buat tes dahulu sebelum membuat komunitas baru tersebut. Saya sengaja undang secara umum, kepada teman-teman di BBM saya untuk melihat respon. Cukup banyak yang ikut, tapi ada satu orang yang cukup saya heran kedatangannya. Teman saya MQ mengajak IA. IA adalah seorang istri dari salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. IA masih muda dan mempunyai jiwa sosial yang amat tinggi. Pada hari H, tidak saya sangka undangan broadcast BBM telah sampai di tangan 1 wartawan kenalan saya. Ia menyampaikan kepada teman-temannya. Ada 3-4 media yang meliput: Surya, Radar Surabaya, dan media online lainnya. Wartawan-wartawan tersebut melakukan wawancara kepada saya. Bagi saya apa yang telah saya ucapkan dan janjikan kepada manusia berarti saya ucapkan juga kepada Tuhan. Saat itu saya bicara mengenai kegerakan komunitas anak muda untuk peduli anak panti asuhan. Maka terbentuklah secara resmi komunitas kami Blessing For Orphans (BFO) dan pandangan saya tertuju pada anak-anak terlantar tersebut

Pernyataan saya di satu surat kabar
.
Tag : ,

Cerita dibalik magang hingga menjadi lifestyle icon CWS Apartment

"Sebuah perkataan pendek berupa keinginanku, didengarNya, direncanakanNya selama 4 tahun, diberikanNya tepat pada waktuNya agar kubisa bersyukur dan terutama untuk memuliakanNya."


Beberapa hasil pemotretan apartment CWS

Sekitar 4 tahun lalu, saya bersama mantan saya beraktivitas memancing di sebuah danau. Kami bertemu dengan seorang pria, yang ia adalah fotografer professional. Ia membeberkan salah satu pengalamannya yaitu foto billboard Ciputra World Surabaya (CWS) untuk Via and Vue apartment. Foto itu begitu besar dan indah dilihat. Di dalam hati saya ada perasaan kagum dan ingin menjadi model juga seperti do billboard tersebut. Saya yang waktu itu hanya seorang mahasiswa semester 1, dengan polosnya mengatakan: 'Saya juga mau ko, jadi modelnya CW.'

THE CWS INTERNSHIP



Maret 2012, saya diharuskan untuk memutuskan tempat magang untuk keperluan kelulusan di jurusan ilmu komunikasi Petra yang masih saya emban. Sebetulnya saya sudah dipanggil wawancara untuk magang di Pacific Place, pusat perbelanjaan prestius di Jakarta sebagai public relations. Tetapi mantan saya tidak setuju. Saya memikirkan pendapat dan kekuatirannya, maka saya memutuskan untuk mencari pilihan tempat magang lain. Saya mendapatkan informasi dari teman, penutupan akhir untuk memasukan proposal magang ke Ciputra World Surabaya Mall (CWS) adalah hari sabtu pagi. Maka saya berujar begini ke mantan saya: Jika Tuhan setuju saya di Surabaya, biarlah proposal magang yang aku buat dalam 2 hari ini (hr itu hari Rabu), bisa diterima dan saya dipilih. Jika tidak saya putuskan saya pindah ke Jakarta.

Saya membuat proposal itu dengan sungguh-sungguh. Lantas saya kumpulkan tepat pada hari Sabtu dan ternyata ada 6 proposal yang masuk ke CWS dari beberapa mahasiswa di Surabaya dan hanya dipilih 1. Saya dengan santai bilang sama mantan saya, apapun yang terjadi saya siap menerima hasilnya yang penting saya sudah berikan yang terbaik. 
Waktu berlalu dan ternyata saya dipanggil bersama 1 orang lain untuk proses interview. Tanpa saya sangka, kami berdua diberikan tes masuk untuk menentukan siapa yang magang. Tes itu adalah tes menulis press release. Saya yang sama sekali tidak ada persiapan, hanya menulis saja. Semuanya mengalir begitu saja karena memang hobi saya adalah membaca dan menulis. Beberapa hari kemudian press release saya direvisi oleh CWS untuk beberapa kekurangannya. Tidak lama kemudian, selang beberapa jam, saya diberikan ucapan selamat, saya diterima di CWS.

Saya sangat bersyukur saat itu. Meskipun magang masih Juli, tapi saya sudah persiapkan semua jauh hari, dari Baju kerja, ijin kos dekat kantor, sampai pemahaman tentang CWS.
Ternyata punya ternyata, saya dipilih oleh CWS  selain karena lolos proses interview maupun press release, juga karena saya melampirkan proposal hasil karya selama kuliah-project, contoh perencanaan strategis PR, dan CV yang 'berbeda'. *Psst.. Padahal sebenarnya di CV saya tidak banyak pengalaman organisasinya. Hehe..

LIFESTYLE ICON CWS "Soho & Viola"
Billboard di jalanan Surabaya
Nah... Selama magang saya bertemu dengan orang-orang kantor di CWS apartment. Saya sering kali check log di kantor mereka dan bertemu dengan karyawan disana, meskipun kantor saya berada di lantai 5 (mall) dan mereka di lantai dasar. Saya mengenal dan menjadi akrab dengan mereka. (2 diantara mereka saya kenal sebelum magang sebagai teman dari teman, GM-nya juga baik kepada saya)
Beberapa saat setelah saya selesai magang, saya diajak untuk pemotretan oleh mereka. Saya bawa banyak sekali dress, sepatu, dan mempersiapkan semuanya dengan detail. Seingat saya, satpam sampai membantu saya membawakan koper dan baju dari parkir ke lokasi foto. Pemotretan itu merupakan foto yang digunakan untuk media promosi di koran dan kalender. Saya pikir foto tersebut berhenti disitu saja, ternyata tidak rencanaNya masih ada.

Sekitar bulan Februari 2013, saya mendapatkan tawaran pemotretan ulang dengan CW. Berbeda dengan pemotretan yang lalu, pemotretan ini menggunakan fotografer teman saya memancing 4 tahun lalu dan persiapan yang jauh lebih baik. Tugas saya hanya melaksanakannya sebaik yang bisa saya lakukan. Saya mempersiapkan diri dengan diet, wardrobe di lemari saya (tas, sepatu, baju), dan persiapan agar tetap stamina selama pemotretan. Selama pemotretan dari pagi-sore menjelang malam itu, saya terus berujar tidak boleh lelah dan mengeluh untuk retouch rambut, make-up, dan mengganti pakaian. Pemotretan seharian itu saya jalani dengan sukacita, meski saya tidak tahu akan digunakan untuk apa pemotretan itu, yang saya tahu saya senang sekali berkerja sama bersama teman-teman professional muda.
Show unit di CWS
Hari ini, siang ini, saya melihat permintaan anak berumur 19 diwujudkan. Foto saya dipasang mengelilingi show unit Ciputra World Surabaya di pinggir central district,  jalan Mayjen Sungkono. Sebelumnya foto saya juga dipasang pada billboard di jalan Gubeng dan Indragiri. Thanks God.

Sesuatu yang saya sadari adalah..... saya melewati proses untuk mendapatkannya. Dan menurut saya sangat tepat sekali waktu pemasangan itu. Melewati pertobatan saya berhasil mengembangkan diri dari segi karakter dan kedewasaan yang lebih baik daripada beberapa tahun yang lalu. Yah saya anggap, paling tidak saya tidak mempermalukan CWS yang telah memilih saya menjadi lifestyle icon bagi apartmentnya. Hehe...

Saya percaya Tuhanlah yang berkerja. Ia tahu segala keinginanmu dan kapan saat yang terbaik untuk memberikannya. Tinggal bagaimana saya dan anda untuk keep on the right track to reach His promises.
Wajah penulis yang gembira dan bersyukur. Hehe... *gak mirip

- Copyright © Sandra Olga - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -